Jumat, 27 November 2015

Teori Drama


DRAMA

Unsur-unsur dalam Drama
Sebagai sebuah genre sastra, naskah drama ditulis dalam bahasa yang memikat dan mengesankan. Bahasa yang ditulis menggunakan bahasa sebagaimana sebuah sajak, penuh irama dan kaya akan bunyi yang indah. Selain itu bahasanya harus menggambarkan watak-watak manusia secara tajam, serta menampilkan peristiwa yang penuh kejutan (Effendi, 2002:2). Dalam naskah drama terdapat beberapa unsur yang terdiri dari unsur naskah drama di bawah ini:

A. Plot atau Alur

Alur merupakan konstruksi yang dibuat mengenai sebuah deretan peristiwa secara logik dan kronologik saling berkaitan dan diakibatkan atau dialami oleh para pelaku. Peristiwa di sini diartikan sebagai peralihan dari keadaan yang satu ke keadaan yang lain (Luxemburg, dkk, 1986:149). Artinya, peristiwa yang satu menyebabkan terjadinya peristiwa kedua. Dari situ, kemudian berkembang menjadi konflik dan klimaks yang pada dasarnya ditentukan oleh peristiwa pertama. Pada umumnya, naskah drama dibagi dalam babak-babak.

B. Penokohan

Di samping menjadi materi utama untuk menciptakan plot, karakter juga merupakan sumber action dan percakapan. Karena itu, karakter harus dibentuk agar cocok dengan kebutuhan plot, dan semua bagian dari setiap karakterisasi harus pas satu sama lain. Jika karakternya sama, tidak akan ada lakon. Inti dari sebuah naskah drama terletak pada hadirnya keinginan seorang tokoh dan ia berjuang keras untuk mencapainya.

Hidup bagi tokoh itu akan terasa tidak bermakana jika tujuan atau cita-citanya yang ingin dicapainya itu kandas di perjalanan. Berbagai cara dia lakuakan untuk memperoleh keinginan atau atau tujuan hidupnya (Gazali, 2001:58). Dari beberapa teori dapat disimpulkan bahwa penokohan sangat berperan penting dalam sebuah cerita drama.

Tokoh dapat dibagi menjadi beberapa jenis antara lain tokoh protagonis, antagonis, tritagonis dan peran pembantu. Kesemua jenis tokoh di atas merupakan rangkaian yang tidak dapat dipisahkan, karena antar tokoh yang satu dengan yang lainya mempunyai tugas dan tanggung jawab penuh untuk mengemban tugas sesuai dengan tema atau tujuan dari cerita yang ingin dicapai.

C. Dialog

Ciri khas drama adalah naskah tersebut berupa dialog. Dalam menyusun dialog, pengarang harus memperhatikan pembicaraan tokoh. Ragam bahasa dalam dialog tokoh drama adalah bahasa lisan yang komunikatif dan bukan ragam bahasa tulis maka diksi hendaknya dipilih sesuai dengan dramatic-action dari plot yang ada.

Dialog harus bersifat estetis, artinya harus memiliki keindahan bahasa, bersifat filosofi dan mampu mempengaruhi keindahan (Waluyo, 2002:20-21). Dari kedua teori dapat ditarik kesimpulan bahwa dialog merupakan inti dari sebuah naskah drama. Dialog bukan hanya sebuah percakapan antar tokoh saja, namun dialog merupakan pencerminan tentang pikiran dan perasaan para tokoh yang berperan dalam sebuah cerita drama.

D. Latar atau Setting

Latar adalah lingkungan tempat untuk mengekspresikan diri tokoh dan tempat terjadinya peristiwa. Latar berfungsi sebagai metonimia atau metafora yaitu sebagai ekspresi tokoh-tokoh yang ada (Wellek & Warren, 1990:291). Dalam sebuah naskah drama setting atau latar biasanya meliputi tiga dimensi, yaitu tempat, ruang, dan waktu. Seting tempat tidak berdiri sendiri tapi berhubungan dengan waktu dan ruang. Pengarang atau penulis dapat membayangkan tempat kejadian dengan hidup. Hal ini berhubungan dengan kostum, tata pentas, make up, dan perlengkapan lain jika naskah tersebut dipentaskan. Waktu juga harus disesuaikan dengan ruang dan tempat, waktu merupakan jaman atau masa terjadinya lakon (Waluyo, 2002:23-224).

E. Tema

Tema merupakan gagasan pokok yang dikandung dalam drama dan berhubungan dengan nada dasar dari sebuah drama dan sudut pandangan yang dikemukakan pengarang. Dalam drama, tema akan dikembangkan melalui struktur dramatik dalam plot melalui tokoh-tokoh protagonis dan antagonis dengan perwatakan yang memungkinkan konflik dan diformulasikan dalam bentuk dialog (Waluyo, 2002:24).













Pengertian Drama
Istilah drama berasal dari bahasa Yunani "droomai yang berarti berbuat. Pengertian drama adalah pertunjukan cerita atau lakon kehidupan manusia yang dipentaskan. Drama ialah aksi mimetic (peniruan), yaitu aksi yang meniru atau mewakilkan perlakuan manusia. Menurut Aristotle (dalam http://anjar-fajar.blogspot.com) drama ialah peniruan kehidupan, sebuah cermin budaya dan suatu bayangan kebenaran. Drama didefinisikan sebagai karangan prosa dan puisi yang menyajikan dialog, pantomin atau cereka yang mengandungi konflik untuk dipentaskan. Drama juga sebagai komposisi prosa boleh disesuaikan untuk disaksikan di atas pentas yang ceritanya disampaikan melalui dialog dan aksi, dan dipersembahkan dengan bantuan gerak, kostum dan latar hiasan seperti kehidupan yang sebenar. Bagi Aristotle, plot merupakan penggerak utama sesebuah drama dan drama harus dibina dari tiga kesatuan, yaitu aksi, tempat, dan masa.
2.2 Unsur-unsur Drama
Unsur dalam drama dapat diklasifikasikan menjadi dua unsur yaitu unsur intrinsik (unsur dalam) dan unsur ektrinsik (unsur luar). Unsur intrinsik atau disebut juga unsur dalam adalah unsur yang tidak tampak.

1.      Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik diklasifikasikan sebagai berikut:
a.      Tokoh
Tokoh adalah individu atau seseorang yang menjadi pelaku cerita. Pelaku cerita atau pemain drama disebut aktor (pria) dan aktris (wanita). Tokoh dalam cerita fiksi atau drama berkaitan dengan nama, usia, jenis kelamin, tipe fisik, jabatan, dan keadaan kejiwaan. Tokoh dalam drama diklasifikasikan menjadi:
b.      Perwatakan atau Penokohan
Perwatakan disebut juga penokohan. Perwatakan atau Penokohan adalah penggambaran efek batin seseorang tokoh yang disajikan dalam cerita. Watak pada tokoh digambarkan dalam tiga dimensi (watak dimensional). Penggambaran itu berdasarkan keadaan fisik biasanya dilukiskan paling awal, baru kemudian sosialnya. Pelukisan watak tokoh dapat langsung pada dialog yang mewujudkan watak dan perkembangan lakon.
                             *        Keadaan Fisik yang termasuk dalam keadaan fisik tokoh adalah umur, jenis kelamin, cirri-ciri tubuh, cacat jasmani, cirri khas yang menonjol,, suku, bangsa, raut muka, kesukaan, tinggi/pendek, kurus/gemuk. Misalnya seseorang yang berleher pendek mempunyai watak mudah tersinggung, seseorang yang berleher panjang mempunyai watak sabar.
                             *       Keadaan Psikis tokoh meliputi: watak, kegemaran, mental, standar moral, temperanmen, ambisi, psikologis yang dialami, dan keadaan emosi.
                             *       Keadaan Sosiologis tokoh meliputi: jabatan, pekerjaan, kelas social, ras, agama, dan ideology. Contoh penampilan pegawai bank akan berbeda dengan penampilan makelar, kendatipun keadaan social ekonominya sama. Penampilan istri bupati, akan berbeda dengan penampilan istri gubernur atau istri lurah. Perwatakan tokoh-tokoh dalam drama digambarkan melalui dialog, ekspresi, atau tingkah laku sang tokoh.
c.       Setting
Setting diciptakan penulis/pengarang untuk memperjelas satuan peristiwa dalam cerita agar menjadi logis atau konkretisasi sebuah tempat agar penonton, pembaca mempunyai pembayangan yang tepat terhadap berlangsungnya suatu peristiwa. Selain itu, setting juga diciptakan untuk menggerakan emosi atau kejiwaan pembaca atau penonton. Secara emottif penonton atau pembaca diharapkan mempunyai daya khayal yang lebih dalam sesuai dengan kedalaman-kedalaman pengalaman berfikirnya. Setting atau tempat kejadian cerita sering disebut juga latar cerita. Setting meliputi tiga dimensi:
                             *          Setting tempat adalah tempat terjadinya cerita dalam drama. Setting tempat tidak dapat berdiri sendiri. Setting tempat berhubungan dengan setting ruang dan waktu.
                             *          Setting waktu adalah waktu atau zaman atau periode sejarah terjadinya cerita dalam drama. Setting waktu juga terjadi di waktu pagi, siang, sore, atau malam.
                             *          Setting ruang juga dapat berarti ruang dalam rumah atau latar rumah, hiasan, warna, dan peralatan dalam ruang akan memberi corak tersendiri dalam drama yang dipentaskan. Misalnya di ruang tamu keluarga modern yang kaya akan berbeda dengan ruang tamu keluarga tradisional yang miskin.
d.      Tema
Tema merupakan gagasan pokok atau ide yang mendasari pembuatan sebuah drama. Tema dalam drama dikembangkan melalui alur, tokoh-tokoh dan perwatakan yang memungkinkan adanya konflik, dan ditulis dalam bentuk dialog. Tema yang bisa diangkat dalam drama adalah masalah percintaan, kritik social, kemiskinan, kesenjangan social, penindasan, ketuhanan, keluarga yang retak, patriotism, dan renungan hidup.
e.       Alur atau Plot
Alur atau plot adalah jalan cerita. Dalam alur sebuah naskah drama bukan permasalahan maju-mundurnya sebuah cerita seperti yang dimaksudkan dalam karangan prosa, tetapi alur yang membimbing cerita dari awal hingga tuntas. Dimulai dengan pemaparan (perkenalan awal tokoh dan penokohan), adanya masalah (konflik), konflikasi (masalah baru), krisis (pertentangan mencapai titik puncak-klimak s.d. antiklimaks), resolusi (pemecahan masalah), dan ditutup dengan ending (keputusan). Ada pula yang menggambarkan alur dalam sebah naskah drama itu pemaparan-masalah-pemecahan masalah atau resolusi-keputusan.
f.       Amanat atau Pesan Pengarang
Seorang pengarang drama baik sadar atau tidak sadar pasti menyampaikan amanat dalam karyanya. Amanat adalah pesan yang disampaikan pengarang kepada pembaca atau penonton melalui karyanya. Amanat yang hendak disampaikan pengarang melalui drama harus ditentukan atau dicari sendiri oleh pembaca atau penonton. Setiap pembaca atau penonton dapat berbeda-beda dalam menafsirkan amanat drama.
2.      Unsur Ekstrinsik
Sedangkan unsur ekstrinsik (unsur luar) dalam drama adalah unsur yang tampak, seperti adanya dialog atau percakapan. Namun, unsur-unsur ini bisa bertambah ketika naskah sudah dipentaskan. Seperti panggung, properti, tokoh, sutradara, dan penonton.  Unsur instrinsik juga meliputi nilai-nilai dalam kehidupan seperti nilai sosial, budaya, agama, pendidikan, masyarakat, dan lain-lain.
2.3 Jenis-jenis Drama
Jenis-jenis drama dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.      Berdasarkan isi ceritanya
Drama tragedy (drama duka) adalah drama yang melukiskan kisah sedih yang besar dan agung. Tokoh-tokohnya terlibat dalam bencana atau masalah yang besar. Drama tragedy menceritakan pertentangan antara tokoh protagonist dengan kekuatan dari luar atau tokoh lainya. Pertentangan ini berakhir dengan keputusan, kehancuran, atau kematian tokoh protagon
Melodrama adalah drama yang sangat menyentuh perasaan (sentimental), mendebarkan hati, dan mengharukan. Ceritanya dilebih-lebihkan sehingga kurang meyakinkan penonton. Tokoh-tokoh dalam melodrama adalah tokoh-tokoh yang hitam putih dan bersifat tetap (stereotip). Seorang tokoh jahat adalah seluruh wataknya jahat, tidak ada sisi baik sedikkitpun, sebaliknya, tokoh hero atau tokoh protagonist adalah tokoh pujaan yang luput dari kekurangan, kesalahan, dan tindak kejahatan. Tokoh hero ini pada akhirnya akan memenagkan peperangan, masalah, atau persaingan yang ada. Tokoh-tokoh dalam melodrama dilukiskan pasrah atau menerima nasibnya terhadap apa yang terjadi. Biasanya sinentron dan film Indonesia merupakan melodrama.
Komedi (drama ria) adalah drama ringan yang sifatnya menghibur dan di dalamnya terdapat dialog kocak yang bersifat menyindir dan biasanya berakhir dengan kebahagiaan. Drama komedi menampilkan tokoh tolol, konyol, atau tokoh bijaksana tapi lucu. Penilaian penonton terhadap drama komedi dapat berbeda. Ada yang dapat tertawa saat menonton drama komedi, ada juga yang tidak. Perbedaan penilaian ini disebabkan oleh perbedaan budaya dan pengalaman. Penonton yang pernah mengalami peristiwa yang diceritakan dalam drama komedi akan tertawa jika melihat drama tersebut.
Dagelan adalah drama kocak dan ringan. Isi cerita dagelan biasanya kasar, lentur, dan vulgar. Dalam dagelan tidak terdapat kesetiaan terhadap alur cerita. Irama permainan dapat melantur dan ketetapan waktu tidak dipatuhi. Tokoh-tokoh dalam dagelan mempunyai watak yang berubah-ubah dari awal sampai akhir. Tokoh yang serius dapat berubah secara tiba-tiba menjadi kocak. Dagelan disebut juga banyolan, sering disebut tontonan konyol atau tontonan murahan.
2.      Berdasarkan cara penyajianya
a.    Closed Drama (drama untuk dibaca) adalah drama yang dibuat hanya untuk dibaca dan hanya indah untuk dibaca. Closed drama mempunyai dialog-dialog yang panjang dan menggunakan bahasa yang indah. Dialog-dialog yang digunakan tidak mencerminkan percakapan sehari-hari sehingga sulit dipentaskan.
b.    Drama treatikal (Drama yang dipentaskan) adalah drama yang dapat dipentaskan. Drama treatikal dipentaskan di atas pentas atau panggung.
c.    Drama radio adalah drama yang ditayangkan atau dipentaskan melalui radio. Drama radio mementingkan dialog yang diucapkan melalui media radio. Drama radio biasanya direkam melalui kaset.
d.      Drama televisi adalah drama yang ditayangkan atau dipentaskan melalui media televisi. Kelebihan drama televisi adalah dalam melukiskan flashback (kenangan masa lalu). Drama televisi berbentuk scenario . drama televisi ditampilkan dalam bentuk film, sinetron, atau telenovela.
 3.      Berdasarkan bentuknya
a.       Sandiwara yaitu berasal dari dua kata bahasa jawa, yaitu sandi yang berarti rahasia dan warah yang berarti ajaran. Sandiwara berarti suatu pengajaran yang diberikan secara rahasia dalam bentuk tontonan.
b.      Teater rakyat adalah segala jenis tontonan yang dipertunjukan di depan orang banyak dan bersifat kerakyatan. Seperti ketoprak dari jawa, lundruk dari jawa timur, arja dari bali, lenong dari Jakarta, dan sebagainya.
c.       Opera adalah drama yang berisikan nyanyian dan music pada saat pementasanya. Nyanyian digunakan sebagai dialog. Opera sering disebut drama musical.
d.      Sendratari adalah seni drama tari atau drama tanpa dialog dari pemainanya. Suasana dan adegan dinyatakan dengan gerak yang berunsur tari. Sendratari sebagian besar diangkat dari cerita-cerita klasik, seperti Ramayana dan mahabarata.
e.       Pantomim adalah pertunjukan drama tanpa kata-kata yang hanya dimainkan dengan gerak dan ekspresi wajah biasanya diiringi music.
f.       Operet atau Operette adalah opera yang ceritanya lebih pendek.
g.      Tableau adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya. Atau drama tanpa kata-kata, dan pelaku hanya mengandalkan gerak patah-patah.
h.      Passie adalah drama yang mengandung unsur agama atau religius.
i.        Wayang adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka wayang.
j.        Minikata yaitu drama dengan cakapan singkat yang mengandalkan gerak treatikal.
4. Menurut masanya
Menurut masanya drama dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu drama baru dan drama lama.
a.       Drama Baru (Modern) adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari.
b.      Drama Lama (Klasik) adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian, kehidupan istana atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan lain sebagainya.
2.4 Analisis Drama Bersadarkan Diksi dan Gaya Bahasa

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Dari pernyataan itu tampak bahwa penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk saat yang bersangkutan membuat karangan. Menurut Wikipidea, Diksi dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Arti kedua, arti "diksi" yang lebih umum digambarkan dengan enunsiasikata - seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya.
Setiap kata memiliki makna tertentu untuk membuat gagasan yang ada dalam benak seseorang. Bahkan makna kata bisa saja diubah saat digunakan dalam kalimat yang berbeda. Hal ini mengisyaratkan bahwa makna kata yang sebenarnya akan diketahui saat digunakan dalam kalimat. Lebih dari itu, bisa saja menimbulkan dampak atau reaksi yang berbeda jika digunakan dalam kalimat yang berbeda. Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata, gaya bahasa, ungkapan-ungkapan pengarang untuk mengungkapkan sebuah cerita. Agar menghasilkan cerita yang menarik, diksi atau pemilihan kata harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan gagasan.
Pengarang harus memiliki kemampuan dalam membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna, sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa pembaca.
Menguasai berbagai macam kosakata dan mempu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi kalimat yang jelas, efektif, dan efisien.

Gaya bahasa merupakan cara atau teknik untuk menyampaikan sesuatu. Gaya bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam misi menyampaikan maksud kepada orang lain baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. salah satu fungsi penggunaan gaya bahasa dalam drama yaitu untuk menjadikan pesan yang kita sampaikan lebih mengena kepada penerima pesan. Hal tersebut karena gaya bahasa memiliki efek tertentu pada pendengar atau pembaca.
Gaya bahasa memiliki beberapa macam yang digunakan dalam bahasa Indonesia, yaitu:
1)        Alusio merupakan pernyataan atau maksud yang disampaikan secara berkias tetapi hanya sebagian saja, karena umum dianggap sudah mengetahui kelanjutan dan maksud yang sebenarnya.
Contoh: Sudah selayaknya dalam setiap usaha kita harus selalu berakit-rakit ke hulu.
2)        Antiklimaks merupakan suatu pernyataan yang disusun secara berurutan dari yang paling tinggi, makin menurun dan makin menurun dan makin menurun sampai kepada yang makin rendah.
Contoh: Jangankan seratus ribu, sepuluh ribu, seribu bahkan seratus rupiah pun aku tak sudi membeli barang haram itu.
3)        Antithesis merupakan pernyataan yang diungkapkan dengan kata-kata yang saling bertentangan.
Contoh: Tua muda, besar kecil, kaya miskin mempunyai tanggung jawab yang sama di depan Tuhan.
4)        Antonomasia merupakan keterangan suatu hal yang kemudian dijadikan pengganti benda atau sesuatu yang mempunyai keterangan tersebut.
Contoh: Semoga Yang Maha Pengasih selalu melindungi perjuangan kita. ( Yang Maha Pengasih merupakan keterangan dari sifat Tuhan yang digunakan sebagai pengganti kata Tuhan dalam kalimat di atas.)
5)        Apofasis merupakan suatu cara menegaskan sesuatu tetapi dengan cara yang seolah-olah menyangkalnya.
Contoh: Saya tidak akan mengatakan dalam forum ini, bahwa Saudaralah yang membocorkan rahasia itu.
6)        Asindeton merupakan suatu cara mengemukakan beberapa hal atau peristiwa secara berurutan dengan tanpa menggunakan kata sambung.
Contoh: matahari, bumi, bulan, bintang yang berjuta-juta itu beredar dengan teratur menurut garisnya sendiri-sendiri.
7)        Ellipsis merupakan suatu cara mengemukakansesuatau dengan menghilangkan suatu kata atau lebih, tetapi yang dengan mudah dapat dilanjutkan sendiri oleh pendengar atau pembacanya.
Contoh: dari segi fisik, saya percaya engkau kuat; badanmu sehat, tetapi psikis (setelah psikis kalimat tersebut tidak dilanjutkan karena memang setiap yang medengar kalimat tersebut mesti sudah dapat memahami kelanjutan kalimat tersebut yang berupa ketidak percayaan).
8)        Epemisme disebut pula ungkapan penghalus ialah suatu cara mengemukakan pikiran atau perasaan dengan menggunakan kata-kata dengan arti yang baik dengan maksud agar tidak menyinggung perasaan orang. Epemisme dapat pula berupa ungkapan-ungkapan penghalus untuk menggantikan kata-kata yang dirasakan kurang sopan.
Contoh: sejak ditinggal suaminya, ia agak kurang waras.
9)        Enumerasi merupakan suatu cara mengemukakan suatu peristiwa atau keadaansecara hterpisah-pisah, bagian demi bagian.
Contoh: rakyat yang dicurigai mulai ditangkap, penyiksaan terjadi di mana-mana, berbagai larangan mulai dikeluarkan, termasuk larangan bergerombol lebih dari tiga orang.
10)    Eponim merupakan suau cara melukiskan sesuatu dengan mengambil sifat-difat yang dimiliki oleh nama-nama yang terkenal.
Contoh: lihatlah, Srikandi-Srikandi kita sedang berbaris dengan tegapnya (gadis yang pemberani).
11)    Hiperbola merupakan suatu cara untuk menyatakan sesuatu denagn berlebih-lebihan.
Contoh: keringatnya menganak sungai.
12)    Iuendo merupakan suatu cara menyindir dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya, atau dengan kata lain menyindir dengan cara yang tidak langsung.
Contoh: tentu saja ia kaya, karena sedikit-sedikit mau mengomersilka jabatanya.
13)    Ironi merupakan suatu cara mnyindir denganmengatakan yang sebaliknya.
Contoh: baru jam 08.00, mengapa kau sudah bangun?
14)    Klimaks merupakan suatu cara mengemukakan sesuatu, idé atau keadaan dengan mengurutkan dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi.
Contoh: jangasnkan seorang, dua orang, kalau perlu seluruh kelas dapat datang ke rumahku.
15)    Koreksio merupakan suatu cara menarik perhatian pendengar atau pembaca dengan mengatakan sesuatu yang salah kemudian dibetulkan.
Contoh: pada waktu itu saya di Surabaya; Oh tidak, di Jakarta.
16)    Litotes merupakan cara mengemukakan sesuatu dengan maksud merendahkan diri. Karena itu sesuatu atau hal tersebut akan dinyatakan tidak sesuai keadaan sebenarnya.
Contoh: terimalah barang yansg tak berharga ini sebagai tanda mata.
17)    Metafora merupakan suatu cara mengatakan atau melukiskan sesuatu dengan membandingkanya dengan sesuatu yang lain. Dengan cara tersebut diharapkan pendengar atau pembaca akan lebih dapat menangkap maksud yang diharapkan penulis karena benda yang dijadikan perbandingan tersebut sudah diketahui benar baik wujud ataupun sifastnya oleh pendengar/ pembacanya. Metafora biasa juga disebut perbandingan.
Contoh:kapan saudara berjumpa dengan lintah darat itu?
18)    Metonimia merupakan suatu cara mengemukakan sesuatu maksud dengan menggantikan dengan sifat, atau nama, atau sesuatu yang merupakan cirri khas dari benda-benda tersebut.
Contoh: kami akan berangkat dengan Garuda pukul 07.30 WIB.
19)    Oksimorom merupakan suatu cara berbahasa denga menggunakan kata-kata yang berlawanan artinya dalam fase yang sama. Dengan cara tersebut biasanya kata yang dikandungnya menjadi lebih keras atau lebih tegas.
Contoh: agar dapat merasa bahagia orang harus pernah menderita.
20)    Paradox merupakan suatu cara mengintensifkan maksud dengan mengemukan dua hal yang bertentangan .sepintas lalu pernyataan tersebut tidak masuk akan, tetapi dibalkik pertentangan itulah terletak intensitas makn a yang diharapkan.
Contoh: di tempat ramai begini, terasa hatiku semakin sepi.
21)    Pararelisme merupakan suatu cara berbahasa denga menjajarkan beberapa kata atau frase yang mempunyai makna sama atau hmpir sama.denga cara demikian dihaarapkan maksud yang terkandung di dalamnya menjadi semakin jelas.
Contoh: baik orang berpangkat maupun rakyatm melarat semua harus dihukum kalau memang bersalah.
22)    Personifikasi biasa disebut juga pengorangan, merupakan suatu cara memperjelas maksud dengan menjadikan benda-benda yang digambarkan tersebut seperti manusia. Atau dengan kata lain suatu cara berbahasa dengan menghidupkan benda-benda mati denagn memberinya sifat-sifat seperti yang dimiliki oleh manusia.
Contoh: sebentar lagi matahari akan bangun dari ttempat peraduannya.
23)    Pernyataan retoris merupakan suatu cara menarik perhatian pendengan atau pembaca dengan mengajukan pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban, karena sebenarnya jawaban atas pertanyaan tersebut sudah diketahuinya.
Contoh: mungkinkah Tuhan akan mengabulkan doamu jika tanpa kau sertai usaha?
24)    Polisendeton merupakan cara berbahasa dengan menggunakan beberapa kata sambung secara berurutan dalam suatu kalimat.
Contoh: ia yakin bahwa kedua orang tuanya dan adik-adiknya dan kakak-kakaknya dan semua familinya akan berdoa demi kebrhasilan usahanya.
25)    Pleonasme merupakan suatu cara memperjelas maksud dengan cara menggunakan kata berlebih. Biasanya dengan member keterangan dibelakang kata atau bagian, kalimat yang diperjelas maksudnya tersebut.
enar, peristiwa itu kusaksikan dengan mata kepalaku sendiri.
26)    Pretario (tautology) merupakan suatu cara menyatakan sesuatu dengan menyembunyikan atau merahasiakan apa yang ingin dinyatakan tersebut.
Contoh: tidak perlu kau sebutkan namanya, aku sudah tau siapa yang kau maksudkan.
27)    Prolepsis disebut pula antipasti, merupakan suatu cara berbahasa dengan menggunakan kata tertentu lebih dulu, sebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya terjadi.
Contoh: Almarhum siang itu masih berboncengan Honda dengan anak laki-lakinya.
28)    Repetisi atau pengulangan merupakan suatu cara memperkuat makna atau maksud dengan mengulang kata atau bagian kalimat yang hendak diperkuat maksudnya terdsebut.
Contoh: untuk mencapai cita-citamu itu, satu hal jangan kau lupakan ialah belajar, belajar dan sekali lagi belajar.
29)    Sarkasme merupakan suatu ejekan atau sindiran dengan kata-kata yang kasar.
Contoh: tuli kamu ya, dipanggil dari tadi tidak datang-datang juga!
30)    Sinekdose, merupakan suatu cara menyatakan sesuatu dengan menyebutkan bagian-bagianya saja, atu sebaliknya. Sinokse dibedakan menjadi dua, yaitu tutom pro parte (menyatakan sebagian untuk keseluruhan) dan pars pro toto (menyebutkan keseluruhan tapi yang dimaksudkan sebagian saja).
Contoh: Perang Dunia II berakhir pada tahun 1942 (totum pro parte)
Sudah lama saya tak melihat batang hidungnya (pars pro totot).
Dalam suatu kalimat terdiri dari beberapa unsur antara lain subyek,  predikat, obyek, pelengkap, dan keterangan. Kalimat dikatakan sempurna jika minimal memliki unsur Subyek dan Predikat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar