DRAMA
Unsur-unsur dalam Drama
Sebagai sebuah genre sastra, naskah drama
ditulis dalam bahasa yang memikat dan mengesankan. Bahasa yang ditulis
menggunakan bahasa sebagaimana sebuah sajak, penuh irama dan kaya akan bunyi
yang indah. Selain itu bahasanya harus menggambarkan watak-watak manusia secara
tajam, serta menampilkan peristiwa yang penuh kejutan (Effendi, 2002:2). Dalam
naskah drama terdapat beberapa unsur yang terdiri dari unsur naskah drama di
bawah ini:
A. Plot atau Alur
Alur merupakan konstruksi yang dibuat
mengenai sebuah deretan peristiwa secara logik dan kronologik saling berkaitan
dan diakibatkan atau dialami oleh para pelaku. Peristiwa di sini diartikan
sebagai peralihan dari keadaan yang satu ke keadaan yang lain (Luxemburg, dkk,
1986:149). Artinya, peristiwa yang satu menyebabkan terjadinya peristiwa kedua.
Dari situ, kemudian berkembang menjadi konflik dan klimaks yang pada dasarnya
ditentukan oleh peristiwa pertama. Pada umumnya, naskah drama dibagi dalam
babak-babak.
B. Penokohan
Di samping menjadi materi utama untuk
menciptakan plot, karakter juga merupakan sumber action dan percakapan. Karena
itu, karakter harus dibentuk agar cocok dengan kebutuhan plot, dan semua bagian
dari setiap karakterisasi harus pas satu sama lain. Jika karakternya sama,
tidak akan ada lakon. Inti dari sebuah naskah drama terletak pada hadirnya
keinginan seorang tokoh dan ia berjuang keras untuk mencapainya.
Hidup bagi tokoh itu akan terasa tidak
bermakana jika tujuan atau cita-citanya yang ingin dicapainya itu kandas di
perjalanan. Berbagai cara dia lakuakan untuk memperoleh keinginan atau atau
tujuan hidupnya (Gazali, 2001:58). Dari beberapa teori dapat disimpulkan bahwa
penokohan sangat berperan penting dalam sebuah cerita drama.
Tokoh dapat dibagi menjadi beberapa jenis
antara lain tokoh protagonis, antagonis, tritagonis dan peran pembantu. Kesemua
jenis tokoh di atas merupakan rangkaian yang tidak dapat dipisahkan, karena
antar tokoh yang satu dengan yang lainya mempunyai tugas dan tanggung jawab
penuh untuk mengemban tugas sesuai dengan tema atau tujuan dari cerita yang
ingin dicapai.
C. Dialog
Ciri khas drama adalah naskah tersebut
berupa dialog. Dalam menyusun dialog, pengarang harus memperhatikan pembicaraan
tokoh. Ragam bahasa dalam dialog tokoh drama adalah bahasa lisan yang
komunikatif dan bukan ragam bahasa tulis maka diksi hendaknya dipilih sesuai
dengan dramatic-action dari plot yang ada.
Dialog harus bersifat estetis, artinya
harus memiliki keindahan bahasa, bersifat filosofi dan mampu mempengaruhi
keindahan (Waluyo, 2002:20-21). Dari kedua teori dapat ditarik kesimpulan bahwa
dialog merupakan inti dari sebuah naskah drama. Dialog bukan hanya sebuah
percakapan antar tokoh saja, namun dialog merupakan pencerminan tentang pikiran
dan perasaan para tokoh yang berperan dalam sebuah cerita drama.
D. Latar atau Setting
Latar adalah lingkungan tempat untuk
mengekspresikan diri tokoh dan tempat terjadinya peristiwa. Latar berfungsi
sebagai metonimia atau metafora yaitu sebagai ekspresi tokoh-tokoh yang ada
(Wellek & Warren, 1990:291). Dalam sebuah naskah drama setting atau latar
biasanya meliputi tiga dimensi, yaitu tempat, ruang, dan waktu. Seting tempat
tidak berdiri sendiri tapi berhubungan dengan waktu dan ruang. Pengarang atau
penulis dapat membayangkan tempat kejadian dengan hidup. Hal ini berhubungan
dengan kostum, tata pentas, make up, dan perlengkapan lain jika naskah tersebut
dipentaskan. Waktu juga harus disesuaikan dengan ruang dan tempat, waktu
merupakan jaman atau masa terjadinya lakon (Waluyo, 2002:23-224).
E. Tema
Tema merupakan gagasan pokok yang dikandung
dalam drama dan berhubungan dengan nada dasar dari sebuah drama dan sudut
pandangan yang dikemukakan pengarang. Dalam drama, tema akan dikembangkan
melalui struktur dramatik dalam plot melalui tokoh-tokoh protagonis dan
antagonis dengan perwatakan yang memungkinkan konflik dan diformulasikan dalam
bentuk dialog (Waluyo, 2002:24).
Pengertian Drama
Istilah drama berasal dari bahasa Yunani
"droomai” yang berarti berbuat. Pengertian drama adalah pertunjukan cerita
atau lakon kehidupan manusia yang dipentaskan. Drama ialah aksi mimetic
(peniruan), yaitu aksi yang meniru atau mewakilkan perlakuan manusia. Menurut
Aristotle (dalam http://anjar-fajar.blogspot.com) drama ialah peniruan kehidupan,
sebuah cermin budaya dan suatu bayangan kebenaran. Drama didefinisikan sebagai
karangan prosa dan puisi yang menyajikan dialog, pantomin atau cereka yang
mengandungi konflik untuk dipentaskan. Drama juga sebagai komposisi prosa boleh
disesuaikan untuk disaksikan di atas pentas yang ceritanya disampaikan melalui
dialog dan aksi, dan dipersembahkan dengan bantuan gerak, kostum dan latar
hiasan seperti kehidupan yang sebenar. Bagi Aristotle, plot merupakan penggerak
utama sesebuah drama dan drama harus dibina dari tiga kesatuan, yaitu aksi,
tempat, dan masa.
2.2 Unsur-unsur Drama
Unsur dalam drama dapat diklasifikasikan
menjadi dua unsur yaitu unsur intrinsik (unsur dalam) dan unsur ektrinsik
(unsur luar). Unsur intrinsik atau disebut juga unsur dalam adalah unsur yang
tidak tampak.
1.
Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik diklasifikasikan sebagai
berikut:
a.
Tokoh
Tokoh adalah individu atau seseorang yang
menjadi pelaku cerita. Pelaku cerita atau pemain drama disebut aktor (pria) dan
aktris (wanita). Tokoh dalam cerita fiksi atau drama berkaitan dengan nama,
usia, jenis kelamin, tipe fisik, jabatan, dan keadaan kejiwaan. Tokoh dalam
drama diklasifikasikan menjadi:
b.
Perwatakan atau Penokohan
Perwatakan disebut juga penokohan.
Perwatakan atau Penokohan adalah penggambaran efek batin seseorang tokoh yang
disajikan dalam cerita. Watak pada tokoh digambarkan dalam tiga dimensi (watak
dimensional). Penggambaran itu berdasarkan keadaan fisik biasanya dilukiskan
paling awal, baru kemudian sosialnya. Pelukisan watak tokoh dapat langsung pada
dialog yang mewujudkan watak dan perkembangan lakon.
* Keadaan Fisik yang termasuk dalam
keadaan fisik tokoh adalah umur, jenis kelamin, cirri-ciri tubuh, cacat
jasmani, cirri khas yang menonjol,, suku, bangsa, raut muka, kesukaan,
tinggi/pendek, kurus/gemuk. Misalnya seseorang yang berleher pendek mempunyai
watak mudah tersinggung, seseorang yang berleher panjang mempunyai watak sabar.
* Keadaan Psikis tokoh meliputi: watak,
kegemaran, mental, standar moral, temperanmen, ambisi, psikologis yang dialami,
dan keadaan emosi.
* Keadaan Sosiologis tokoh meliputi:
jabatan, pekerjaan, kelas social, ras, agama, dan ideology. Contoh penampilan
pegawai bank akan berbeda dengan penampilan makelar, kendatipun keadaan social
ekonominya sama. Penampilan istri bupati, akan berbeda dengan penampilan istri
gubernur atau istri lurah. Perwatakan tokoh-tokoh dalam drama digambarkan
melalui dialog, ekspresi, atau tingkah laku sang tokoh.
c.
Setting
Setting diciptakan penulis/pengarang untuk
memperjelas satuan peristiwa dalam cerita agar menjadi logis atau konkretisasi
sebuah tempat agar penonton, pembaca mempunyai pembayangan yang tepat terhadap
berlangsungnya suatu peristiwa. Selain itu, setting juga diciptakan untuk
menggerakan emosi atau kejiwaan pembaca atau penonton. Secara emottif penonton
atau pembaca diharapkan mempunyai daya khayal yang lebih dalam sesuai dengan
kedalaman-kedalaman pengalaman berfikirnya. Setting atau tempat kejadian cerita
sering disebut juga latar cerita. Setting meliputi tiga dimensi:
* Setting tempat adalah tempat
terjadinya cerita dalam drama. Setting tempat tidak dapat berdiri sendiri.
Setting tempat berhubungan dengan setting ruang dan waktu.
* Setting waktu adalah waktu atau zaman
atau periode sejarah terjadinya cerita dalam drama. Setting waktu juga terjadi
di waktu pagi, siang, sore, atau malam.
* Setting ruang juga dapat berarti
ruang dalam rumah atau latar rumah, hiasan, warna, dan peralatan dalam ruang
akan memberi corak tersendiri dalam drama yang dipentaskan. Misalnya di ruang tamu
keluarga modern yang kaya akan berbeda dengan ruang tamu keluarga tradisional
yang miskin.
d.
Tema
Tema merupakan gagasan pokok atau ide yang
mendasari pembuatan sebuah drama. Tema dalam drama dikembangkan melalui alur,
tokoh-tokoh dan perwatakan yang memungkinkan adanya konflik, dan ditulis dalam
bentuk dialog. Tema yang bisa diangkat dalam drama adalah masalah percintaan,
kritik social, kemiskinan, kesenjangan social, penindasan, ketuhanan, keluarga
yang retak, patriotism, dan renungan hidup.
e.
Alur atau Plot
Alur atau plot adalah jalan cerita. Dalam
alur sebuah naskah drama bukan permasalahan maju-mundurnya sebuah cerita
seperti yang dimaksudkan dalam karangan prosa, tetapi alur yang membimbing
cerita dari awal hingga tuntas. Dimulai dengan pemaparan (perkenalan awal tokoh
dan penokohan), adanya masalah (konflik), konflikasi (masalah baru), krisis
(pertentangan mencapai titik puncak-klimak s.d. antiklimaks), resolusi
(pemecahan masalah), dan ditutup dengan ending (keputusan). Ada pula yang
menggambarkan alur dalam sebah naskah drama itu pemaparan-masalah-pemecahan
masalah atau resolusi-keputusan.
f.
Amanat atau Pesan Pengarang
Seorang pengarang drama baik sadar atau
tidak sadar pasti menyampaikan amanat dalam karyanya. Amanat adalah pesan yang
disampaikan pengarang kepada pembaca atau penonton melalui karyanya. Amanat
yang hendak disampaikan pengarang melalui drama harus ditentukan atau dicari
sendiri oleh pembaca atau penonton. Setiap pembaca atau penonton dapat
berbeda-beda dalam menafsirkan amanat drama.
2.
Unsur Ekstrinsik
Sedangkan unsur ekstrinsik (unsur luar)
dalam drama adalah unsur yang tampak, seperti adanya dialog atau percakapan.
Namun, unsur-unsur ini bisa bertambah ketika naskah sudah dipentaskan. Seperti
panggung, properti, tokoh, sutradara, dan penonton. Unsur instrinsik juga meliputi nilai-nilai
dalam kehidupan seperti nilai sosial, budaya, agama, pendidikan, masyarakat,
dan lain-lain.
2.3 Jenis-jenis Drama
Jenis-jenis drama dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1.
Berdasarkan isi ceritanya
Drama tragedy (drama duka) adalah drama
yang melukiskan kisah sedih yang besar dan agung. Tokoh-tokohnya terlibat dalam
bencana atau masalah yang besar. Drama tragedy menceritakan pertentangan antara
tokoh protagonist dengan kekuatan dari luar atau tokoh lainya. Pertentangan ini
berakhir dengan keputusan, kehancuran, atau kematian tokoh protagon
Melodrama adalah drama yang sangat
menyentuh perasaan (sentimental), mendebarkan hati, dan mengharukan. Ceritanya
dilebih-lebihkan sehingga kurang meyakinkan penonton. Tokoh-tokoh dalam
melodrama adalah tokoh-tokoh yang hitam putih dan bersifat tetap (stereotip).
Seorang tokoh jahat adalah seluruh wataknya jahat, tidak ada sisi baik
sedikkitpun, sebaliknya, tokoh hero atau tokoh protagonist adalah tokoh pujaan
yang luput dari kekurangan, kesalahan, dan tindak kejahatan. Tokoh hero ini
pada akhirnya akan memenagkan peperangan, masalah, atau persaingan yang ada.
Tokoh-tokoh dalam melodrama dilukiskan pasrah atau menerima nasibnya terhadap
apa yang terjadi. Biasanya sinentron dan film Indonesia merupakan melodrama.
Komedi (drama ria) adalah drama ringan yang
sifatnya menghibur dan di dalamnya terdapat dialog kocak yang bersifat
menyindir dan biasanya berakhir dengan kebahagiaan. Drama komedi menampilkan
tokoh tolol, konyol, atau tokoh bijaksana tapi lucu. Penilaian penonton
terhadap drama komedi dapat berbeda. Ada yang dapat tertawa saat menonton drama
komedi, ada juga yang tidak. Perbedaan penilaian ini disebabkan oleh perbedaan
budaya dan pengalaman. Penonton yang pernah mengalami peristiwa yang
diceritakan dalam drama komedi akan tertawa jika melihat drama tersebut.
Dagelan adalah drama kocak dan ringan. Isi
cerita dagelan biasanya kasar, lentur, dan vulgar. Dalam dagelan tidak terdapat
kesetiaan terhadap alur cerita. Irama permainan dapat melantur dan ketetapan
waktu tidak dipatuhi. Tokoh-tokoh dalam dagelan mempunyai watak yang
berubah-ubah dari awal sampai akhir. Tokoh yang serius dapat berubah secara
tiba-tiba menjadi kocak. Dagelan disebut juga banyolan, sering disebut tontonan
konyol atau tontonan murahan.
2.
Berdasarkan cara penyajianya
a.
Closed Drama (drama untuk dibaca) adalah drama yang dibuat hanya untuk
dibaca dan hanya indah untuk dibaca. Closed drama mempunyai dialog-dialog yang
panjang dan menggunakan bahasa yang indah. Dialog-dialog yang digunakan tidak
mencerminkan percakapan sehari-hari sehingga sulit dipentaskan.
b.
Drama treatikal (Drama yang dipentaskan) adalah drama yang dapat
dipentaskan. Drama treatikal dipentaskan di atas pentas atau panggung.
c.
Drama radio adalah drama yang ditayangkan atau dipentaskan melalui
radio. Drama radio mementingkan dialog yang diucapkan melalui media radio.
Drama radio biasanya direkam melalui kaset.
d.
Drama televisi adalah drama yang ditayangkan atau dipentaskan melalui
media televisi. Kelebihan drama televisi adalah dalam melukiskan flashback
(kenangan masa lalu). Drama televisi berbentuk scenario . drama televisi
ditampilkan dalam bentuk film, sinetron, atau telenovela.
3.
Berdasarkan bentuknya
a.
Sandiwara yaitu berasal dari dua kata bahasa jawa, yaitu sandi yang
berarti rahasia dan warah yang berarti ajaran. Sandiwara berarti suatu
pengajaran yang diberikan secara rahasia dalam bentuk tontonan.
b.
Teater rakyat adalah segala
jenis tontonan yang dipertunjukan di depan orang banyak dan bersifat
kerakyatan. Seperti ketoprak dari jawa, lundruk dari jawa timur, arja dari
bali, lenong dari Jakarta, dan sebagainya.
c.
Opera adalah drama yang berisikan nyanyian dan music pada saat
pementasanya. Nyanyian digunakan sebagai dialog. Opera sering disebut drama
musical.
d.
Sendratari adalah seni drama tari atau drama tanpa dialog dari
pemainanya. Suasana dan adegan dinyatakan dengan gerak yang berunsur tari.
Sendratari sebagian besar diangkat dari cerita-cerita klasik, seperti Ramayana
dan mahabarata.
e.
Pantomim adalah pertunjukan drama tanpa kata-kata yang hanya dimainkan
dengan gerak dan ekspresi wajah biasanya diiringi music.
f.
Operet atau Operette adalah opera yang ceritanya lebih pendek.
g.
Tableau adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik
anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya. Atau drama tanpa kata-kata, dan pelaku
hanya mengandalkan gerak patah-patah.
h.
Passie adalah drama yang mengandung unsur agama atau religius.
i.
Wayang adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka wayang.
j.
Minikata yaitu drama dengan cakapan singkat yang mengandalkan gerak
treatikal.
4. Menurut masanya
Menurut masanya drama dapat dibedakan dalam
dua jenis yaitu drama baru dan drama lama.
a.
Drama Baru (Modern) adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan
pendidikan kepada mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia
sehari-hari.
b.
Drama Lama (Klasik) adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan
tentang kesaktian, kehidupan istana atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi,
kejadian luar biasa, dan lain sebagainya.
2.4 Analisis Drama Bersadarkan Diksi dan
Gaya Bahasa
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya
untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang
diharapkan. Dari pernyataan itu tampak bahwa penguasaan kata seseorang akan
mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk saat yang bersangkutan membuat
karangan. Menurut Wikipidea, Diksi dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada
pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Arti kedua, arti
"diksi" yang lebih umum digambarkan dengan enunsiasikata - seni
berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga
kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan
dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya.
Setiap kata memiliki makna tertentu untuk
membuat gagasan yang ada dalam benak seseorang. Bahkan makna kata bisa saja “diubah” saat
digunakan dalam kalimat yang berbeda. Hal ini mengisyaratkan bahwa makna kata
yang sebenarnya akan diketahui saat digunakan dalam kalimat. Lebih dari itu,
bisa saja menimbulkan dampak atau reaksi yang berbeda jika digunakan dalam
kalimat yang berbeda. Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata, gaya bahasa,
ungkapan-ungkapan pengarang untuk mengungkapkan sebuah cerita. Agar
menghasilkan cerita yang menarik, diksi atau pemilihan kata harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
Ketepatan dalam pemilihan kata dalam
menyampaikan gagasan.
Pengarang harus memiliki kemampuan dalam
membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna, sesuai dengan gagasan yang ingin
disampaikan dan kemampuan menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai
rasa pembaca.
Menguasai berbagai macam kosakata dan mempu
memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi kalimat yang jelas, efektif, dan
efisien.
Gaya bahasa merupakan cara atau teknik
untuk menyampaikan sesuatu. Gaya bahasa memiliki peranan yang sangat penting
dalam misi menyampaikan maksud kepada orang lain baik dalam bentuk lisan maupun
tulisan. salah satu fungsi penggunaan gaya bahasa dalam drama yaitu untuk
menjadikan pesan yang kita sampaikan lebih mengena kepada penerima pesan. Hal
tersebut karena gaya bahasa memiliki efek tertentu pada pendengar atau pembaca.
Gaya bahasa memiliki beberapa macam yang
digunakan dalam bahasa Indonesia, yaitu:
1)
Alusio merupakan pernyataan atau maksud yang disampaikan secara berkias
tetapi hanya sebagian saja, karena umum dianggap sudah mengetahui kelanjutan
dan maksud yang sebenarnya.
Contoh: Sudah selayaknya dalam setiap usaha
kita harus selalu berakit-rakit ke hulu.
2)
Antiklimaks merupakan suatu pernyataan yang disusun secara berurutan
dari yang paling tinggi, makin menurun dan makin menurun dan makin menurun
sampai kepada yang makin rendah.
Contoh: Jangankan seratus ribu, sepuluh
ribu, seribu bahkan seratus rupiah pun aku tak sudi membeli barang haram itu.
3)
Antithesis merupakan pernyataan yang diungkapkan dengan kata-kata yang
saling bertentangan.
Contoh: Tua muda, besar kecil, kaya miskin
mempunyai tanggung jawab yang sama di depan Tuhan.
4)
Antonomasia merupakan keterangan suatu hal yang kemudian dijadikan
pengganti benda atau sesuatu yang mempunyai keterangan tersebut.
Contoh: Semoga Yang Maha Pengasih selalu
melindungi perjuangan kita. ( Yang Maha Pengasih merupakan keterangan dari
sifat Tuhan yang digunakan sebagai pengganti kata Tuhan dalam kalimat di atas.)
5)
Apofasis merupakan suatu cara menegaskan sesuatu tetapi dengan cara yang
seolah-olah menyangkalnya.
Contoh: Saya tidak akan mengatakan dalam
forum ini, bahwa Saudaralah yang membocorkan rahasia itu.
6)
Asindeton merupakan suatu cara mengemukakan beberapa hal atau peristiwa
secara berurutan dengan tanpa menggunakan kata sambung.
Contoh: matahari, bumi, bulan, bintang yang
berjuta-juta itu beredar dengan teratur menurut garisnya sendiri-sendiri.
7)
Ellipsis merupakan suatu cara mengemukakansesuatau dengan menghilangkan
suatu kata atau lebih, tetapi yang dengan mudah dapat dilanjutkan sendiri oleh
pendengar atau pembacanya.
Contoh: dari segi fisik, saya percaya
engkau kuat; badanmu sehat, tetapi psikis (setelah psikis kalimat tersebut
tidak dilanjutkan karena memang setiap yang medengar kalimat tersebut mesti
sudah dapat memahami kelanjutan kalimat tersebut yang berupa ketidak
percayaan).
8)
Epemisme disebut pula ungkapan penghalus ialah suatu cara mengemukakan
pikiran atau perasaan dengan menggunakan kata-kata dengan arti yang baik dengan
maksud agar tidak menyinggung perasaan orang. Epemisme dapat pula berupa
ungkapan-ungkapan penghalus untuk menggantikan kata-kata yang dirasakan kurang
sopan.
Contoh: sejak ditinggal suaminya, ia agak
kurang waras.
9)
Enumerasi merupakan suatu cara mengemukakan suatu peristiwa atau
keadaansecara hterpisah-pisah, bagian demi bagian.
Contoh: rakyat yang dicurigai mulai
ditangkap, penyiksaan terjadi di mana-mana, berbagai larangan mulai
dikeluarkan, termasuk larangan bergerombol lebih dari tiga orang.
10)
Eponim merupakan suau cara melukiskan sesuatu dengan mengambil
sifat-difat yang dimiliki oleh nama-nama yang terkenal.
Contoh: lihatlah, Srikandi-Srikandi kita
sedang berbaris dengan tegapnya (gadis yang pemberani).
11)
Hiperbola merupakan suatu cara untuk menyatakan sesuatu denagn
berlebih-lebihan.
Contoh: keringatnya menganak sungai.
12)
Iuendo merupakan suatu cara menyindir dengan mengecilkan kenyataan yang
sebenarnya, atau dengan kata lain menyindir dengan cara yang tidak langsung.
Contoh: tentu saja ia kaya, karena
sedikit-sedikit mau mengomersilka jabatanya.
13)
Ironi merupakan suatu cara mnyindir denganmengatakan yang sebaliknya.
Contoh: baru jam 08.00, mengapa kau sudah
bangun?
14)
Klimaks merupakan suatu cara mengemukakan sesuatu, idé atau keadaan
dengan mengurutkan dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi.
Contoh: jangasnkan seorang, dua orang, kalau
perlu seluruh kelas dapat datang ke rumahku.
15)
Koreksio merupakan suatu cara menarik perhatian pendengar atau pembaca
dengan mengatakan sesuatu yang salah kemudian dibetulkan.
Contoh: pada waktu itu saya di Surabaya; Oh
tidak, di Jakarta.
16)
Litotes merupakan cara mengemukakan sesuatu dengan maksud merendahkan
diri. Karena itu sesuatu atau hal tersebut akan dinyatakan tidak sesuai keadaan
sebenarnya.
Contoh: terimalah barang yansg tak berharga
ini sebagai tanda mata.
17)
Metafora merupakan suatu cara mengatakan atau melukiskan sesuatu dengan
membandingkanya dengan sesuatu yang lain. Dengan cara tersebut diharapkan
pendengar atau pembaca akan lebih dapat menangkap maksud yang diharapkan
penulis karena benda yang dijadikan perbandingan tersebut sudah diketahui benar
baik wujud ataupun sifastnya oleh pendengar/ pembacanya. Metafora biasa juga
disebut perbandingan.
Contoh:kapan saudara berjumpa dengan lintah
darat itu?
18)
Metonimia merupakan suatu cara mengemukakan sesuatu maksud dengan
menggantikan dengan sifat, atau nama, atau sesuatu yang merupakan cirri khas
dari benda-benda tersebut.
Contoh: kami akan berangkat dengan Garuda
pukul 07.30 WIB.
19)
Oksimorom merupakan suatu cara berbahasa denga menggunakan kata-kata
yang berlawanan artinya dalam fase yang sama. Dengan cara tersebut biasanya
kata yang dikandungnya menjadi lebih keras atau lebih tegas.
Contoh: agar dapat merasa bahagia orang
harus pernah menderita.
20)
Paradox merupakan suatu cara mengintensifkan maksud dengan mengemukan
dua hal yang bertentangan .sepintas lalu pernyataan tersebut tidak masuk akan,
tetapi dibalkik pertentangan itulah terletak intensitas makn a yang diharapkan.
Contoh: di tempat ramai begini, terasa
hatiku semakin sepi.
21)
Pararelisme merupakan suatu cara berbahasa denga menjajarkan beberapa
kata atau frase yang mempunyai makna sama atau hmpir sama.denga cara demikian
dihaarapkan maksud yang terkandung di dalamnya menjadi semakin jelas.
Contoh: baik orang berpangkat maupun
rakyatm melarat semua harus dihukum kalau memang bersalah.
22)
Personifikasi biasa disebut juga pengorangan, merupakan suatu cara
memperjelas maksud dengan menjadikan benda-benda yang digambarkan tersebut
seperti manusia. Atau dengan kata lain suatu cara berbahasa dengan menghidupkan
benda-benda mati denagn memberinya sifat-sifat seperti yang dimiliki oleh
manusia.
Contoh: sebentar lagi matahari akan bangun
dari ttempat peraduannya.
23)
Pernyataan retoris merupakan suatu cara menarik perhatian pendengan atau
pembaca dengan mengajukan pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban, karena
sebenarnya jawaban atas pertanyaan tersebut sudah diketahuinya.
Contoh: mungkinkah Tuhan akan mengabulkan
doamu jika tanpa kau sertai usaha?
24)
Polisendeton merupakan cara berbahasa dengan menggunakan beberapa kata
sambung secara berurutan dalam suatu kalimat.
Contoh: ia yakin bahwa kedua orang tuanya
dan adik-adiknya dan kakak-kakaknya dan semua familinya akan berdoa demi
kebrhasilan usahanya.
25)
Pleonasme merupakan suatu cara memperjelas maksud dengan cara
menggunakan kata berlebih. Biasanya dengan member keterangan dibelakang kata
atau bagian, kalimat yang diperjelas maksudnya tersebut.
enar, peristiwa itu kusaksikan dengan mata
kepalaku sendiri.
26)
Pretario (tautology) merupakan suatu cara menyatakan sesuatu dengan
menyembunyikan atau merahasiakan apa yang ingin dinyatakan tersebut.
Contoh: tidak perlu kau sebutkan namanya,
aku sudah tau siapa yang kau maksudkan.
27)
Prolepsis disebut pula antipasti, merupakan suatu cara berbahasa dengan
menggunakan kata tertentu lebih dulu, sebelum peristiwa atau gagasan yang
sebenarnya terjadi.
Contoh: Almarhum siang itu masih
berboncengan Honda dengan anak laki-lakinya.
28)
Repetisi atau pengulangan merupakan suatu cara memperkuat makna atau
maksud dengan mengulang kata atau bagian kalimat yang hendak diperkuat
maksudnya terdsebut.
Contoh: untuk mencapai cita-citamu itu,
satu hal jangan kau lupakan ialah belajar, belajar dan sekali lagi belajar.
29)
Sarkasme merupakan suatu ejekan atau sindiran dengan kata-kata yang
kasar.
Contoh: tuli kamu ya, dipanggil dari tadi
tidak datang-datang juga!
30)
Sinekdose, merupakan suatu cara menyatakan sesuatu dengan menyebutkan
bagian-bagianya saja, atu sebaliknya. Sinokse dibedakan menjadi dua, yaitu
tutom pro parte (menyatakan sebagian untuk keseluruhan) dan pars pro toto
(menyebutkan keseluruhan tapi yang dimaksudkan sebagian saja).
Contoh: Perang Dunia II berakhir pada tahun
1942 (totum pro parte)
Sudah lama saya tak melihat batang
hidungnya (pars pro totot).
Dalam suatu kalimat terdiri dari beberapa
unsur antara lain subyek, predikat,
obyek, pelengkap, dan keterangan. Kalimat dikatakan sempurna jika minimal
memliki unsur Subyek dan Predikat.